Daftar Blog Saya

Sabtu, 24 September 2016

LIburan Singkat & CeritaKu Tentang Kota Solo



Hai pembaca blog pribadiku, kali ini aku akan membagikan cerita pengalaman singkatku berlibur di kota lahirnya Pak Jokowi ya bapak Presiden RI yang ke 7. Perjalankan yang kutempuh menuju Solo cukup jauh dari kota kuberada saat ini yaitu Maumere Flores. Aku menempuh perjalanan menggunakan jasa penerbangan dari Maumere menuju Yogyakarta dengan menggunakan maskapai Nam Air. Setelah sampai di kota Yogyakarta, dimana kota yang kuhabiskan sebagaian kisah perjuanganku untuk mencapai gelar sarjana, ketika mendengar kata jogja aku akan teringat sebagian sejarah hidupku. Ya maklum saja saya tinggal dikota tersebut cukup lama, tapi kali ini liburanku adalah ingin mengunjungi kota Solo ya tetangganya kotaku selama waktu kulia yang tidak perna ku sunggahi hanya lewat doang kalau aku melakukan perjalanan menuju Surabaya ataupun Malang. 
Hehehehe curhat mulu ya aku gak apa-apaya hehehe
Pagi hari aku berangkat dari Jogja menuju ke solo, ku putuskan untuk menggunakan jasa transportasi darat yaitu dengan menaiki kereta dari Stasiun Maguwoharjo menuju ke solo. Aku memilih naik kareta Prameks jam 7 pagi berangkat dari Stasiun Maguwoharjo dan sepanjang jalan dari jogja menuju Solo aku begitu menikmati perjalanan maklum saja kareta ekonomi Ac ini begitu nyaman, sepanjang jalan menuju Solo kunikmati pemandangan alam persawahan dan perkebunan yang begitu hijau dan jarang sekali kutemukan di kota Maumere tempat ku bekerja dan tinggal saat ini maklum saja Maumere berada di Pulau Flores yang pastinya dikelilingi oleh pemandangan alam berupa pantai dan lautan lepas. Sehingga pemandangan alam yang hijau memanjakan mata adalah pemandangan yang sangat indah untuk kunikmati pagi hari disaat matahari mulai menyinari bumi dan embun malampun masih tersisa membasahi dedaunan pepohonan sepanjang perjalanan menuju Solo. Tak kusangka waktu perjalanan sejampun begitu cepat tak terasa kareta yang kutumpangipun akhirnya berhenti di Stasiun Purwosari. Di Solo sendiri terdapat dua stasiun yang menjadi persinggahan kareta dari arah Jogja yaitu stasiun Purwosari dan Solo Balapan. Dan kali ini aku memilih turun distasiun Purwosari karena akses transportasi menuju Pasar Klewer yang merupakan pusat grosiran batik di kota Solo dan Kareton Surakarta sangat dekat dapat ditempuh dengan banyak jasa transportasi yaitu ada Becak,Taxi dan Angkot. Aku memilih naiki angkot karena jaraknya cukup dekat dan biayanya cukup terjangkau yaitu RP 5.000,-/orang. Kali ini liburanku di kotanya Pak Presiden Jokowi ku awali dengan mengunjungi sebuah angkringan yang berada ditengah-tengah antara pasar Klewer dan Keraton Solo maklum saja berangkat dari Jogja cukup pagi membuat aku tak sempat sarapan. Sehingga angkringan tersebut sebagai tempat ku mengisi amunisi pada perutku dan memberikan tenaga untuk traveling singkatku di solo, Tujuanku kali ini ke solo benar-benar khusus untuk berburu batik dan berkunjung ke Keraton Surakarta yang merupakan list destinasi wisata yang telah lama masuk dalam agenda perjalananku, dan baru terealisasi saat ini ketika ada waktu kosong untuk berlibur disela-selah kesibukan kerjaku. 
Angkringan

Setalah menikmati sarapan di angkringan sekaligus obat pemuas rasa kangenku pada menu-menu makanan di angkringan yang enak dan cukup bersahabat harganya sambil membanyangkan kebiasaanku makan di angkringan saat aku kulia dulu, dimana angkringan selalu menjawab kebutuhanku di tanggal tua ketika uang menipis dan belum mendapat kiriman dari papa dan mama ku hehehe.
Setelah selesai sarapan di angkringan aku memutuskan melakukan perjalanan menuju pasar klewer, sebenarnya pasar Klewer tak jauh bedah dengan pasar Bringharjo yang terletak di jalan Malioboro Yogyakarta. Sepanjang jalan dan los-los di pasar banyak pedagang menjajahkan pakaian dengan bahan dasar batik. Karena memang niatanku ke Solo kali adalah berburuh batik di pasar Klewer maka akupun akhirnya membeli beberapa baju batik dan blazer batik yang bisa dipakai buat kerja dan kekondangan. 
Setelah puas berburu batik akhirnya aku melanjutkan perjalanan kembali menuju keraton Solo yang letaknya sekompleks dengan pasar Klewer, dan membeli tiket pada loket penjualan tiket serta menikmati wisata sejarah di keraton Surakarta.
 
Kali ini wisataku sedikit terganggu dengan adanya penutupan beberapa bangsal yang masih dalam tahap renovasi dan pemugaran, walaupun begitu saya tetap antusias menikmati setiap sudut pemandangan keraton Surakarta yang tak jauh beda dengan keraton Jogja yang sudah sering kukunjungi selama menempuh pendidikan di jogja. Hanya yang membedahkan di keraton Surakarta tidak begitu besar banguanan dan wilayah keratonya dibandingkan keraton jogja. Namum sangat asyik untuk kunikmati dan begitu banyak kareta dan barang-barang replica ataupun asli dari istana ataupun milik raja atau sultan yang bisa kita lihat lansung dan memfotonya. 
Aku begitu terhipnotis oleh jajaran kareta yang berjajar disepanjang teras bangsal yang begitu mengagumkan dan cantik serta selalu dirawat tiap harinya oleh para abdi dalem. Aku pun sempat mengabadikan momen tersebut ke camera handphoneku. Sungguh indah keraton Surakarta dan sejarah kerajaannya yang cukup baut menambah ilmuku lagi tentang bangsa yang ku cinta. 
 
Tempat beta dilahirkan. Makasih solo untuk semua keindahanmu dan warisan wisata sejarah dan tradisi yang masih kau pegang teguh di tengah kuatnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi digital yang begitu hebatnya. Sebelum pulang ke jogja aku memutuskan untuk menikmati segelas es dawet dan serabi solo yang dijajahkan oleh pedagang kaki lima di samping istana keraton setelah itu aku memutuskan untuk kembali pulang ke stasiun dan kembali ke jogja untuk menyelasikan sedikit pekerjaanku dan juga liburan singkatku di kota yang selalu istimewa buatku dan selalu punya cerita untukku.













Jumat, 05 Agustus 2016

Situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Kota Ende


Tepat tanggal 1 Agustus 2016, adalah hari Senin merupakan kesempatan pertamaku mengunjungi kota Ende. Sebagai orang Flores ini adalah pengalaman pertamaku berkunjung ke kota Ende hehehehe kedengarannya sangat lucu masa orang Flores hidup sudah hampir usia perak tapi baru pertama kali menginjakan kaki di kota Ende. Tapi inilah faktanya yang terjadi dan harus saya akui. Karena baru pertama kalinya saya mengunjungi Ende saya sangat bersemangat mengunjungi kota ini. Berangkat dari Maumere kota asalku dengan menggunakan transportasi umum berupa Travel perjalanan yang kutempuh selama kurang lebih 4 jam perjalanan dari kota Maumere menuju ke Kota Ende. Saya sempat dibuat pusing dengan jalanan yang lumayan berbelok-belok dan naik turun bukit ya begitula topografi daerah Flores. Tujuan saya ke Ende adalah melakukan urusan pekerjaan saya disalah satu kantor pemerintahan yang berada di kota Ende. Urusan saya dikantor pun tak memakan banyak waktu karena dokumen yang saya bawa dari Maumere sudah lengkap saya hanya memerlukan waktu satu jam untuk rapat dan menemukan kesepakatan bersama dengan pejabat instansi kantor tersebut yang memang sudah terjadwal dan perna saya komunikasikan sebelumnya via media elektronik. Setelah semua urusan pekerjaan saya selesai. Saya masih memiliki waktu kurang lebih 2 jam sebelum saya pulang kembali ke Maumere maka tak mau saya sia-siakan kesempatan pertama kalinya menginjakan kaki saya di Ende yang terkenal dengan julukan Kota Pancasila ini. Saya  pun membuat inisiatif berkunjung ke Rumah Pengasingan Bung Karno karena destinasi wisata ini berada di tengah kota ini yang bisa saya kunjungi sambil menunggu jam keberangkatan saya menuju Maumere.
Setelah bertanya pada satpam kantor alamat,dan transportasi yang bisa saya gunakan untuk mengantarkan saya kesana, akhirnya saya pun nekat melakukan Solo Traveling pertama kalinya dalam hidup saya tepat di tanggal 1 Agustus 2016. ke rumah pengasingan orang nomor satu di Indonesia. Hehehehe semuanya serba kebeteluan dengan angka satu.
Saya berangkat menuju Rumah Pengasingan Presiden Sukarno di Ende dengan menggunakan transportasi ojek karena sangat dekat dari kantor tempat saya berada. Saya bersama kak Andi nama tukang Ojek yang mengantarkanku. Sesampai di Rumah Pengasingan Bung Karno saya meminta Tukang Ojek tersebut menunggu di depan situs rumah pengasingan tersebut karena saya masih mau memakai jasanya untuk mengantarkan saya ke Taman Renungan Bung Karno yang jaraknya tak jauh dari situs pengasingan bung Karno. Setelah selesai berbicara dengan tukang ojek saya pun lansung melangkahkan kaki saya dengan semangat memasuki gerbang Situs Rumah Pengasingan Bung Karno  di Jl. Perwira Ende. Suasana di dalam situs tersebut siang hari ini sangat sepih hanya terdapat 3 orang pegawai yang sedang berdiri bercerita tepat di ruang tamu rumah ini, saya pun menyapa mereka dan menayakan Tiket masuk situs ini sebagaimana yang biasa saya alammi jika ingin masuk ke museum atau destinasi wisata lainnya pasti kita di kasih tiket. Namun pertanyaan saya dijawab dengan wajah senyum ceria kakak nyong dan 2 kakak nona, bahwa pengunjung tidak dikenakan tiket masuk ke Situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende. Tetapi saya hanya di tunjuk sebuah kotak kecil bertuliskan sumbangan sukarela itu yang harus diisi jika telah selasi berkunjung di situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende. Tak mau kehilangan banyak waktu saya pun meminta brosur penjelasan tentang sejarah situs ini dan membacanya sambil melihat-lihat semua barang peninggalan Presiden Sukrano dan Istrinya Inggit  Garnarsih, serta mertunya Ibu Amsi dan anak angkat mereka Ratna Djuami. Dari brosur yang saya baca saya mendapatkan informasi sejarah yang pastinya menambah wawasan sejarah saya tentang Bangsa Indonesiaku tercinta ini,
Bahwa Bung Karno  diasingkan di ende sejak 14 Januari 1934-18Oktober 1938, dimana tepat 14 Januari 1934, kapal Van Riebeek merapat di pelabuan Ende. Bung Karno dan Istrinya Inggit  Garnarsih, serta mertunya Ibu Amsi dan anak angkat mereka Ratna Djuami dan dua orang pembantu, turun dari kapal tersebut. Mereka tinggal di Ende dan bergaul dengan warga sekitar rumah mereka dengan baik sehari-harinya, dimana di kota ini juga Bung Karno akhirnya menemukan bahwa warga Indonesia ada juga yang beragama Non Muslim yaitu beragama Katolik yang banyak dan tinggal berdampingan bersama Sukarno dan keluaraganya. Selama masa pembuangan di Ende, Bung Karno kerap bertukar  pikiran dengan tokoh-tokoh agama yang ada serta bergaual dengan masyarakat sekitar, sehingga membuat  Bung  Karno merenungkan kehidupan masyarakat sekitar yang beragam di bawah pohon sukun Lima cabang dan melahirkanla butir-butir Mutiara yang kelak dikrstalisaikan sebagai Pancasila, lahir dari Kota Ende. 
Tidak berlebihan pula jika setiap tanggal 1 Juni  tiap tahun masyarakat kabupatan Ende memperingati hari lahir Pancasila dengan meriah di Taman Renungan Bung Karno dan melakukan Nampak Tilas dari Rumah pembuangan Sukarano menuju ke Pohon Sukun tempat perenungan Bung Karno.
Di Taman perenungan Bung Karno ini sangat cantik pemandangan alamnya berhadapan lansung dengan laut lepas Sawu, sebelah kiri terdapat lapangan Pancalia Ende, sebelah Kanan terdapat Museum Tenun Ikat dan belakangnya terdapat pemandangan gunung Meja yang terkenal di kota Ende. Mungkin dengan suasan alam yang indah dan mendukung ini renungan Bung Karno  di bawah Pohon Sukun yang ridnang ini akhirnya menghasilkan butir-butir pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia.“ DI KOTA INI KUTEMUKAN LIMA BUTIR MUTIARA, DI BAWAH POHON SUKUN INI PULA KU RENUNGKAN NILAI-NILAI LUHUR PANCASILA”
Saya sangat senang dan bangga bisa menginjakan kaki saya di tempat ini di kota yang terkenal dengan julukan Kota Pancasila ini. Makasih Ende untuk wisata sejarah yang singkat yang sudah kau sungguhkan buat saya, Makasih Bung Karno untuk seluruh pikiran-pikiranMu dan Jasa-jasamu buat Negri ku ini.
Ku berjanji akan kembali lagi ke Bumi Pancasila ini akan mengeksplor lebih lagi tentang destinasi Wisata di tempat ini.
Makasih Ende untuk Tempatmu yang cantik dan bersejarah ini. Kau memberikan kesan yang cukup berarti buatku yang baru pertama kali menginjakan kaki di tempat ini, senang bisa lihat situs peninggalan sejarah bangsa ini yang masih terawat dengan baik.
Bagi wisatawan yang mengunjungi kota Ende ataupun Danau Kelimut sempatla waktumu untuk mengunjungi Situs Rumah Pengasingan Bung Karno di Jl. Perwira dan Taman Renungan Bung Karno yang letaknya berada di tengah Kota Ende.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya dan melestarikan situs sejarah

Minggu, 10 Juli 2016

Pantai Koka


Pantai koka adalah salah satu pantai yang belakangan ini menjadi pantai yang sangat sering dikunjungi baik oleh wisatawan domestik maupun manca Negara. Pantai koka berada di kecamatan Paga Kabupaten Sikka Flores Nusa Tenggara Timur adalah salah satu pantai yang beberapa bulan lalu sangat buming di media sosial beberapa aktris dan aktor nasional yang melakukan syuting film tiga darah yang mengambil lokasi di Pantai Koka.

Pantai koka jika sekilas kita melihatnya dia sangat mirip dengan pantai Ngerenehan di Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, karena sama-sama pantai selatan dan memiliki kontur tebing atau karang laut yang menjulang tinggi dihiasi oleh pepohonan dan rerumputan hijau sepanjang batu karang yang mengelilingi kedua pantai ini. Namun pantai Koka mempunyai ciri yang membedakan mereka adalah ada sebuah karang ditengah pantai yang membelah pantai Koka ini menjadi dua bagian. Pantai Koka sudah dikelolah dengan baik oleh masyarakat disekitar pesisir pantai banyak terdapat pondok-pondok di tepi pantai yang disewakan untuk pengunjung yang ingin bersantai di bibir pantai serta terdapat warung-warung kecil dan toilet yang tertata rapih. Akses jalan menuju pantai koka pun sudah cukup baik dan bagus. Hanya sayang ketika kami mengunjungi pantai Koka kami dikenakan biaya masuk Rp 50.000,- untuk dua mobil dan tak diberikan karcis retribusi masuk kawasan pantai Koka itu yang membuat kami kesal kan bisa saja mereka melakukan pemungutan liar. Ya saya harapkan bisa diperhatikan oleh pemerintah desa setempat untuk menentukan tarif parkir yang sesuai dan diadakan karcis sehingga bisa dikontrol jumlah pengunjung dan kendaraan yg masuk ke kawasan pantai Koka, bagaimana pun juga hasil dari pengolahan pantai yang baik dan indah ini bisa dinikmati oleh pengunjung dengan baik dan warga sekitarpun mendapatkan dampak ekonomi yang baik juga buat warga sekitar.
Dipantai Koka kami tak terlalu lama mengunjungi hanya sekedar minum es kelapa muda dan bercerita-cerita kurang lebih setengah jam sambil mengilangkan penat dan pusing perjalanan yang berlikuk-likuk dan tikungan yang tajam dari danau kelimutu menuju ke kota Maumere, Pantai Koka sebagai tempat persinggahan sementara jadi saya pun tak bisa melakukan kebiasaan saya kalau ke pantai yaitu berenang di laut karena tak membawa baju ganti selain itu saya pun masih pusing perjalanan yang begitu panjang dari danau Kelimutu. Walaupun demikian alam pantai koka dengan ciri khas topografi pantai selatan cukup untuk menghilangkan pusing perjalanan dan mengenang alam pantai sepanjang Gunung Kidul Yogyakarta maklum saja selama tinggal di Yogyakarta saya jatuh cinta terhadap alam pantai selatan sepanjang Gunung kidul dan dua bulan sekali saya selalu ke pantai dan pantai ngerenehan adalah pantai favoritku diantara semua pantai yang berada sepanjang garis pantai selatan gunung Kidul, sehingga mengunjungi pantai Koka membuat saya gagal move on dari pantai-pantai yang ada di Jogja hehehehe.
Ku berjanji suatu saat akan kembali lagi mengunjungi pantai Koka dan harus basah-basahan sebelum pulang, karena tak lengkap kalau ke pantai dan gak berenang.  “ Pantai Koka Tunggu Aku Kembali !!!

Danau Kelimutu



Liburan lebaran kali ini sangat berkesan karena baru tahun ini saya bisa merasakan liburan lebaran di rumah bersama keluarga ku. Karena Selama kurang lebih 5 tahun belakangan ini saya selalu libur lebaran di Yogyakarta. Karena berlibur di rumah dan banyak sepupu-sepupuku juga liburan sekolah akhirnya kami pun berinisiatif untuk melakukan liburan bersama-sama. Karena momen berkumpul bersama keluarga besar jarang terjadi jika tak ada liburan kami semua sibuk dengan pekerjaan serta aktivitas sekolah dan kuliah. Setelah mengutarakan inisiatif berlibur bersama ke orang tua kami masing-masing akhirnya kami pun di izinkan untuk melakukan tour de Flores hehehehe, kami pun akhirnya melakukan liburan dengan tiga destinasi wisata berawal dari pulang kampung bersama ke kampung halaman opa dan oma di Desa Sikka kemudian melanjutkan perjalanan ke Danau Kelimutu dan menutup tour de Flores dengan bermain pasir putih dan basah-basahan di Pantai Koka.


Tepat pukul 03.00 pagi kami semua terbangun dari tidur dan mulai bersiap-siap melakukan perjalanan menuju ke Danau Kelimutu dinginnya udara pagi di kota Maumere tak menyurutkan semangat kami untuk berwisata ke Danau Kelimutu setelah satu jam bersiap-siap dan melakukan sarapan pagi, akhirnya tepat pukul 04.00 pagi kami melakukan perjalanan menuju ke Danau Kelimutu menggunakan dua mobil. Perjalanan dari kota Maumere menuju ke danau kelimutu kami tempuh kurang lebih tiga setengah jam tepat pukul 07.38 menit mobil yang kami tumpangi memasuki area parker Taman Nasional Danau Kelimutu Ende Flores. Perjalanan kami menuju Danau Kelimutu tak mulus kami hadapi kami sempat beristirahat di susteran CIJ Woloweo untuk beristirahat dan menghangatkan perut serta menghilangkan pusing da nada beberapa sepupuku yang mabuk karena perjalanan yang berkelok-kelok serta banyak tikungan tajam dan naik turun membuat stamina kami pun sempat menciut namun semangat untuk cepat sampai ke kelimutu membuat kami tetap semangat dan saling menghibur dalam perjalanan walupun ada yang pusing karena perjalanan yang berbelok-belok. Setelah tiba di danau Kelimutu kami pun segera membeli tiket masuk ke Danau Kelimutu dan memarkirkan mobil.
Akhirnya hawa dingin pagi danau Kelimutu yang tertutup kabut tebal menyapa kami dengan penuh semangat kami semua pun bergegas menapaki satu persatu anak tangga menuju ke danau kelimutu. Sesampai di kawah pertama danau kami dibuat sedikit kecewa karena kawah tersebut tertutup kabut tebal dan sangat dingin udaranya kami sempat berdiri di trek jalan yang disediakan oleh pengelolah sambil memasang raut muka datar tanpa ekspresi. Tak lama kemudian angin sepoi-sepoi menyapa muka kami dan udara disekitar kawapun semakin dingin tak menunggu begitu lama kabutpun hilang seketika dan kami pun bisa melihat warna air pada kawa danau Kelimutu yang berwarna hijau muda begitu cantik dan tak lupa kami pun mengabadikan momen terindah dan pertama kalinya melihat lansung kawa danau kelimutu yang memiliki tiga warna yang berbeda-beda dan selalu berubah-ubah karena pengaruh aktivitas vulkanologi gunung berapi Kelimutu yang masih aktif  serta  meletus terakhir pada tahun 1968 pada camera yang sudah kami siapkan karena selama ini kami hanya melihat pemadangan danau Kelimutu melalui foto di Kalender,TV ataupun media sosial lainnya. Sunggu untuk beberapa menit saya sangat takjub dan diam tak bisa berkata-kata melihat keindahan alamnya sambil mensyukuri karunia alam yang begitu indah yang Tuhan hadirkan di Pulau tempat saya dilahirkan ini hehehehehe (gak lebay tapi fakta, Curcol hehehe)  

Satu persatu kuperhatikan kawa Danau Kelimutu dan membaca semua tulisan keterangan aktivitas vulkanologi Kelimutu selama ini, sungguh luar biasa Danau Kelimutu selain alamnya yang cantik dan indah kelimutu pun menghadirkan berkah bagi masyarakat disekitar kawasan wisata danau Kelimutu, dengan terlihatnya banyak masyarakat lokal yang berjualan di lapak kaki lima yang disedikan di terminal istirahat mereka menjajahkan kopi,teh panas, makanan dan berbagai macam cemilan lokal serta tak lupa pula kain tenun atau sarung dari kabupaten Ende. Kelimutu sungguh luar biasa bagi warga sekitar danau Kelimutu membawa berkah tersendiri bagi mereka, karena ± 50.000 orang datang tiap tahunnya berkunjung ke Taman Nasional Danau Kelimutu.(data dari data  dari Taman Nasional Kelimutu) Satu yang saya bangga dari destinasi wisata ini mungkin kualitas Nasional dan sebagai destinasi wisata alam yang sangat terkenal baik di dalam negeri maupun di manca Negara Taman Nasional Danau Kelimutu ini benar-benar bersih dan jarang sekali kita temukan sampah yang berserkan di taman.  Sekitar taman kita pasti menemukan banyak tempat sampah yg disediakan baik itu untuk sampah organik maupun sampah non organik, serta toilet yang gratis gak dipungut biaya serta bersih.  Sungguh bagus dan bersih pengolahan Taman Nasional Danau Kelimutu.

Satu kejadian yang tak mungkin dilupkan oleh kami semua yaitu berlomba-lomba siapa yang duluan menuju puncak danau Kelimutu, semangat banget sepupu-sepupuku ini saking semangatnya mau ke puncak pada lomba lari hasil akhir baru beberapa anak tangga yang dilewati semua udah pada ngos-ngosan dan keringat bercucuran hahahahaha pada hal udara di kawasan danau Kelimutu cukup dingin pagi itu. Hehehehe dengan napas yang terengah-engah kami pun tetap melanjutkan perjalanan menuju puncak dengan jalan pelan-pelan menaiki anak tangga hingga puncak dan bisa menyaksikan pemandangan tiga kawah Danau Kelimutu secara keseluruhan. satu kalimat yang sering keluar dari mulut kami semua “sunggu indah ya”

Danau Kelimutu sunggu indah, sunggu mempesona dan makasih untuk semua sungguhan yang menarik yang engkau berikan kepada kami semua pada liburan lebaran tahun ini sunggu sajian wisata alam dan wisata ilmia yang komplit dengan  ilmu Geologi yang begtu sempurna dan sangat indah buat kami semua.