Jangan perna bermain-main dengan cinta
sebab cinta itu tulus dan suci...
cinta itu anugerah bagi setiap insan manusia.
cinta terhadap sesama mu manusia adalah cinta yang paling tinggi dan tak bisa dinilai dengan apapun.
sebab cinta itu datangnya dari hati dan untuk dibagikan kepada sesama mu manusia.
jangan berkata tidak jika kau jatuh cinta,
jangan kau permainkan cinta
jangan kau nodai dan tak hargai cinta
karena cinta datangnya dari hati dan cinta adalah suci dan tulus.
mau melakukan apa saja demi orang yang dicintai.
dan cinta tak akan menuntut apapun, selain kasih yang selalu menerima diri apa adanya.
sebab cinta dan kasih itu suci dan tulus
cinta dan kasih akan tetap dipertahankan hanya untuk orang-orang yang sanggup mengubah dirinya dan diri orang yang dia cinta menjadi baik dan saling melengkapi.
sebab itu cinta dan kasih adalah satu
jangan engkau nodai tapi syukurla sebab engkau masih merasakan cinta dalam hidupmu
Jika engkau merasakan sakit karena cinta, hati mu akan terluka dan hati akan sakit.
oleh karena itu cinta dan kasih adalah satu tulus dan suci
Daftar Blog Saya
Sabtu, 21 Juni 2014
Menghitung Neraca massa Pada Unit SP dan Rotarry Kilen di Pabrik Semen
Hai Pembaca blog ku,
kali ini saya membagikan sedikit ilmu yang kudapatkan di tempat praktek ku di PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk, Plant 10 Ciberon.
ini adalah makalah kerja Praktek ku di Pabrik Semen Tiga Roda nama dagangnya dan nama resminya adalah PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk, Plant 10 Ciberon. yang sudah ke persentasikan di pabrik tersebut pada tanggal 27 Febuari 2014 dan juga ku persentasikan di kampus ku tercinta UPN 'VETERAN' Yogyakarta, Program Studi Teknik Kimia. pada tanggal 27 Maret 2014.
selamat membaca mudah-mudahan bermanfaat bagi anda sekalian.
BAB I
BAB
II
Proses pembuatan semen di PT. Incocement Tunggal Prakarsa Tbk plant 10 terdiri dari enam tahap. Tahap-tahap tersebut adalah:
BAB III
BAB IV
kali ini saya membagikan sedikit ilmu yang kudapatkan di tempat praktek ku di PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk, Plant 10 Ciberon.
ini adalah makalah kerja Praktek ku di Pabrik Semen Tiga Roda nama dagangnya dan nama resminya adalah PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk, Plant 10 Ciberon. yang sudah ke persentasikan di pabrik tersebut pada tanggal 27 Febuari 2014 dan juga ku persentasikan di kampus ku tercinta UPN 'VETERAN' Yogyakarta, Program Studi Teknik Kimia. pada tanggal 27 Maret 2014.
selamat membaca mudah-mudahan bermanfaat bagi anda sekalian.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan laporan kerja praktek dengan baik. Kerja praktek
dilaksanakan pada tanggal 2 Januari – 30 Januari 2014 di PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Plant-10. Kerja praktek
merupakan mata kuliah untuk setiap mahasiswa Program Studi Teknik Kimia UPN
‘Veteran’ Yogyakarta. Kerja praktek ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengenal
dan mengetahui dunia kerja yang sebenarnya serta menambah wawasan sesuai bidang
ilmu yang dipelajari.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih atas bantuan dan fasilitas yang didapatkan selama pelaksanaan
kerja praktek di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. selain itu penulis
mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Orang
tua penulis yang telah memberikan dukungan moril dan materil.
2. Bapak
Ir. Erwan Samsuhadi Kusuma, selaku Production
Department Head di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan-Cirebon.
3. Bapak
Agusta Ali Akbar, selaku pembimbing lapangan.
4. Bapak
Ir. I Ketut Subawa MT, selaku dosen pembimbing kerja praktek
5. Seluruh
karyawan CCR (Central Control Room) Plant-10
di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.Palimanan-Cirebon.
6. Seluruh
karyawan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan-Cirebon.
7.
Teman-teman Kerja
Praktek di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan Cirebon.
Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, penulis berharap
laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 4 Maret 2014
Penulis
INTISARI
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, plant Cirebon merupakan salah satu
perusahan penghasil semen yang telah berdiri sejak 1982 yang berlokasi didaerah
Palimanan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Proses produksi semen yang digunkan
adalah proses kering dengan kapasitas produksi 2,5 juta ton per tahun).Bahan baku utama pembuatan semen berupa batu kapur dan tanah liat yang
diperoleh dari penambangan sendiri di Gunung Kromong. Sementara bahan baku
lainnya seperti pasir silica pasir besi, gypsum
dan trass di beli dari daerah
lain. Secara keseluruhan produksi semen di bagi menjadi 6 tahap, yaitu :
penyediaan bahan baku, penggilingan dan pencampuran bahan baku (raw milling and blending ), pembakaran (Burning),pendinginan (cooling), penggilingan semen (cement mill), pengepakan (packing). . Produk yang dihasilkan adalah semen Portland Composite Cement (PCC) dan Ordinary Portland
Cement (OPC
PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, plant
10 memliki Mass Loss pada unit neraca massa burning dan cooling total sebesar 5,0578 % dan Effisiensi mass total pada unit neraca massa burning dan cooling sebesar 94,942 %. Dengan pembagian per unit SP Mass Loss sebesar 4,88 % dan Effisiensi Mass : 95,11 %, Unit Rotary
Kiln Mass Loss : 0,8319 % dan Effisiensi
Mass : 99,168 % dan Unit Air
Quenching Cooler Mass Loss :1,66 % dan Effisiensi Mass : 98,340 %.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Sejarah PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Indocement
group memulai kegiatan pada tanggal 1 juni 1973 dan pada tahun 1975 Indocement
group mendirikan PT. District
Indonesia Cement Enterprise di daerah Citereup, Bogor yang memulai berproduksi
pada tanggal 4 Agustus 1975 dengan kapasitas produksi 500.000 ton semen per
tahun. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan semen di Indonesia membuat PT.
District Indonesia Cement Enterprise berkembang pesat. Hal ini membuat
Indocement Group untuk mendirikan perusahan – perusahan baru.
Pada
tahun 1978 Indocement Group mendirikan PT. Perkasa Indonesia Cement Enterprise
(PICE) dengan kontraktor Kawasaki Heavy Industries Inc. Kapasitas produksi PT.
Perkasa Indonesia Cement Enterprise adalah 1.000.000 ton semen per tahun. Pada
tahun 1981 pula, Indocement Group mengembangkan produksi semen putih, yaitu
dengan mendirikan PT. Perkasa Indah Indonesia Cement Enterprise (PIICE) dengan
kapasitas produksi 200.000 ton semen per tahun. Lalu pada tahun 1983 PT.
Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE) oleh Indocement Group
dengan kapasitas produksi 1.500.000 ton semen per tahun. Kemudian tahun 1985,
Indocement Group mendirikan 2 pabrik baru yaitu PT. Perkasa Inti Abadi
Indonesia Cement Enterprise (PIAICE) dan PT. Perkasa Abadi Mulia Indonesia
Cement Enterprise (PAMICE) dengan kapasitas produksi 1.500.000 ton semen per
tahun. Pada tahun 1985 didirikan PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan disahkan
oleh Mentri Kehakiman dengan nomor surat C2-3641.ht.01.01TH85. selanjutnya PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. mengambil ahli seluruh saham dari ke enam
perusahan tersebut.
Pada
tanggal 8 juli 1985 pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Departemen
Keuangan membeli sebagian saham dari PT. Indocement Tunggal Prakarsa. Besarnya
penyertaan modal adalah 30,8 % dan sisanya dimiliki oleh pihak swasta.
Kemudian, pada tanggal 1 Januari 1986 dilakukan penggabungan keenam perusahan
tersebut dan telah disetujui oleh para pemegang saham PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. sehingga
sejak saat itu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. telah mengambil alih
seluruh hak dan kewajiban perusahaan tersebut dan keenam perusahaan tersebut
dinyatakan bubar.
Pada tanggal 16
Oktober 1989, berdasarkan Surat Izin Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor
51-062/SHM/MK.01/1989 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. melakukan go public dengan menjual 59.888.100
saham kepada masyarakat dengan harga penawaran Rp 10.000 per saham. Ternyata
saham yang dijual kepada masyarakat habis terjual. Pada tanggal 27 November 1991 PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Secara resmi membeli PT. Tridaya Manunggal Prakarsa Cement yang
didirikan pada tahun 1982 di Cirebon karena TMPC mengalami masalah keuangan.
Setelah diambil alih oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk maka TMPC
berganti nama menjadi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk plant 9 dan plant 10.
Kapasitas masing-masing plant 2,5 juta ton per tahun.
Saat ini PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki 12 plant yaitu 9 plant berlokasi di daerah Citereup
Bogor, 2 plant di Palimanan Cirebon
dan 1 plant bertempat di daerah
Tarjun , Kota Baru, Kalimantan Selatan.
1.2. Lokasi Pabrik
PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. plant
9 dan plant 10 terletak di desa
Palimanan Barat,Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon. Luas area PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Cirebon sebesar 495 hektar, dengan pembagian 130 hektar
digunakan untuk plant site, 120
hektar digunakan untuk housing dan
245 hektar digunakan untuk quarry dan
buffer area.
1.3. Bahan Baku
Bahan baku semen terdiri dari bahan utama, bahan
korektif, dan bahan tambahan.
1.
Bahan baku
utama
a.
Batu Kapur (Limestone)
Batu kapur merupakan sumber CaCO3 untuk pembuatan semen di PT. ITP Tbk, plant Cirebon.± 6.000 ton per hari.
Batu kapur merupakan sumber CaCO3 untuk pembuatan semen di PT. ITP Tbk, plant Cirebon.± 6.000 ton per hari.
b.
Tanah Liat (clay)
Tanah liat
merupakan penyumbang utama komponen Al2O3. Selain itu tanah liat juga menyumbang SiO2
dan Fe2O3. Kebutuhan tanah liat ± 240 ton per hari.
2.
Bahan Korektif
a.
Pasir Silika ( silica sand)
Pasir silika merupakan
bahan yang ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan senyawa SiO2 dalam
proses pembuatan semen. Kebutuhan pasir silika ± 110 ton per hari.
b.
Pasir Besi (iron sand)
Pasir besi
digunakan untuk memperbaiki kandungan senyawa Fe2O3 yang
harus dipenuhi dalam pembuatan semen. Kebutuhan pasir besi ± 35 ton per hari.
3.
Bahan Tambahan
a.
Gypsum
Gypsum merupakan bahan tambahan yang berfungsi untuk menjaga kelembaban dari
semen serta mempertahankan waktu pengerasan semen. Kebutuhan gypsum ± 50 ton per hari.
b.
Trass
Penggunaan Trass memiliki tujuan untuk menambahkan
kekuatan ikatan semen sehingga konstruksi yang dibangun menjadi lebih kokoh.
Kebutuhan trass ± 250 ton per hari.
BAB
II
DESKRIPSI PROSES
2.1. Deskripsi Proses
Proses pembuatan semen di PT. Incocement Tunggal Prakarsa Tbk plant 10 terdiri dari enam tahap. Tahap-tahap tersebut adalah:
1.
Penyediaan
bahan baku
Penyediaan
bahan baku yang dilakukan di PT.ITP Tbk plant
10 dibagi menjadi 2 cara, yaitu dengan cara penambangan ( untuk batu kapur
dan tanah liat) serta dengan cara pembelian (untuk pasir silika,pasir besi,gypsum dan trass).
a.
Penyediaan batu
kapur
Penyediaan batu
kapur dilakukan dengan cara penambangan batu kapur di Gunung Kromong yang
berjarak ± 15 km dari lokasi pabrik. Tambang batu kapur yang terjadi di Gunung
Kromong dibagi menjadi lima bagaian, yaitu quarry
A hingga quarry E. Proses
penambangan batu kapur itu sendiri dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu blasting,loading dan crushing.
b.
Penyediaan
tanah liat
Penyediaan
tanah liat dilakukan dengan cara yang sama dengan batu kapur, yaitu melalui
penambangan yang terletak di Gunung Kromong. Tanah liat di tambang dari quarry B dan quarry E. Proses penambangan tanah liat dilakukan dengan cara
penggerukan lapisan tanah.
c.
Penyediaan
pasir silika
Pasir silika
yang digunakan diperoleh dari penambangan di Rembang, Jawa Tengah.
d.
Penyediaan
pasir besi
Pasir besi di
beli dari Kutoarjo, Jawa Tengah.
e.
Penyediaan gypsum
Gypsum yang dipakai oleh PT.ITP Tbk plant
10 terdiri dari dua jenis yaitu : gypsum
alami dan gypsum sintetis. Gypsum sintetis di beli dari PT.
Petrokimia Gersik sedangkan gypsum alami
diimport dari Thailand.
f.
Penyediaan Trass
Trass diperoleh dengan cara membeli dari daerah Brobos, Palimanan, Cirebon.
2.
Penggilingan dan
pencampuran bahan baku (raw milling and
blending)
Proses ini
bertujuan untuk menyiapkan bahan baku dengan komposisi yang sesuai sehingga
dapat menghasilkan produk semen dengan kualitas yang baik. Bahan baku yang akan
dicampurkan dalam proses ini adalah batu kapur, tanah liat, pasir silika, dan
pasir besi. Campuran bahan baku hasil penggilingan dan campuran dinamakan raw mix.
3.
Pembakaran (burning)
Pembakaran
merupakan proses terpenting dalam pembuatan semen. Di dalam proses pembakaran
terjadi tiga reaksi penting, yaitu dehidrasi, kalsinasi, dan pembentukan
kilnker. Dehidrasi merupakan proses penguapan air dari raw mix. Tahap ini terjadi di RSP ( Reinforced Suspension Preheater). Kalsinasi adalah reaksi perubahan
kalsuim karbonat (CaCO3) menjadi kalsium oksida (CaO) dengan melepas
karbon dioksida (CO2). Kalsinasi mulai terjadi pada RSP dan
dilanjutkan pada kiln. Reaksi yang terakhir adalah reaksi pembentukan klinker
dimana pada reaksi ini kalsium oksida akan bergabung dengan oksida-oksida lain,
yaitu SiO2,Al2O3, dan Fe2O3
membentuk C2S,C3S,C3A, serta C4AF
yang merupakan komponen-komponen utama klinker. Bahan baku dalam proses
pembakaran adalah raw mix yang
merupakan produk dari proses sebelumnya sedangkan produk yang akan dihasilkan
dari proses pembakaran adalah klinker.
4.
Pendinginan (cooling)
Proses pendinginan klinker dilakukan
setelah proses pembakaran didalam kiln. klinker yang keluar dari kiln telah
berbentuk padatan tetapi masih memiliki suhu yang tinggi, sehingga diperlukan
proses pendinginan untuk menurunkan temperatur klinker. Terdapat lima tujuan utama dari
proses pendinginan:
a.
klinker
yang panas akan memberikan pengaruh negatif pada proses penggilingan
selanjutnya.
b.
Memudahkan
pengangkutan klinker.
c.
Efek dari gypsum yang
ditambahkan akan hilang jika temperatur klinker terlalu tinggi.
d.
Udara yang dipakai
sebagai pendingin dapat dimanfaatkan kembali sebagai udara panas untuk pengeringan
sehingga menurunkan biaya produksi.
e.
Pendinginan yang
cepat (quenching) akan meningkatkan
kualitas semen.
klinker
didinginkan dengan proses pendinginan cepat atau mendadak didalam Air Quenching Cooler (AQC).
5. Penggilingan
Akhir (Unit Cement Mill)
Proses penggilingan
ini bertujuan untuk mencampur dan menggiling klinker dengan gypsum sampai tingkat kehalusan tertentu sehingga terbentuk produk
semen. Gypsum yang ditambahkan
berkisar 3-5% dari berat klinker.
Kehalusan semen yang dihasilkan merupakan salah satu faktor penentu kualitas
semen. Untuk jenis semen PCC ditambahkan juga bahan aditif lain, berupa trass. Trass ini memiliki keistimewaan yaitu memiliki SiO2
aktif yang akan berekasi dengan CaO bebas (Free
lime) sehingga membentuk CS (CaO.SiO2) yang akan bereaksi pada
saat ditambahkan air. CS ini membantu kekuatan akhir semen. Tujuan lain dari
penambahan trass adalah untuk menabah
jumlah semen yang dihasilkan namun kualitas akhir semen masih memenuhi standar
yang ditetapkan SII, sehingga hal ini menghemat jumlah bahan bakar yang
digunakan.
6. Pengepakan
(Unit Packing)
Merupakan proses
penyiapan produk semen sebelum di jual kepada masyarakat. Pada proses
pengepakan, semen akan dimasukkan dalam kemasan dengan tujuan untuk memudahkan
distribusi dan penyimpanan saat dijual ke pasaran.
Terdapat 4
metode proses pembuatan semen yang dikenal saat ini, yaitu (Europian Comission,
2001) :
a.
Proses kering (dry process) : umpan digiling dan
dikeringkan sehingga menjadi bentuk serbuk. Serbuk tersebut kemudian di
umpankan pada kiln.
b.
Proses semi
kering (semi-dry process) : umpan
digiling dan dikeringkan, lalu di peletkan dengan air dan dipanaskan terlebih
dahulu dalam sebuah preheater sebelum
kemudian di umpankan ke kiln.
c.
Proses semi
basah (semi-wet process) : umpan yang
memiliki kadar air tinggi digiling sehingga menjadi lumpur. Kemudian kadar air
dikurangi dengan filtrasi. Ampas kemudian di ekstursi menjadi pellet dan di
umpankan di preheater untuk kemudian
di panaskan dalam kiln.
d.
Proses basah (wet process) : umpan yang memiliki kadar
air tinggi di giling sehingga menjadi lumpur. Lalu lumpur di umpankan ke kiln
atau dikeringkan terlebih dahulu dengan slurry
dryer.
Pada umumnya proses pembuatan semen terdiri dari 3 tahap utama yaitu
penyiapan bahan baku, pemanasan dalam kiln, dan penggilingan akhir.
Proses yang
digunakan di PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk, plant 10 adalah proses
kering.
Semen yang dihasilkan oleh PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Plant 10 Cirebon adalah
jenis semen Portland yang merupakan
semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari kalsium silikat yang
bersifat hidrolis bersama bahan tambahan yang biasanya digunakan yaitu gypsum.
Semen Portland terdiri dari :
·
Portland Composite Cement (PCC)
Semen ini
dipasarkan dalam papper bag berukuran 40 kg dan 50 kg. Semen ini merupakan
semen umum yang biasa digunakan.
·
Ordinary Portland Cement (OPC)
Dipasarkan
dalam bentuk semen curah, diangkut oleh bulk.
Semen ini digunakan pada daerah dengan kandungan asam yang tinggi.
2.2. Diagram Alir Proses
Keterangan Gambar
1. Gudang penyimpanan bahan baku
2. Weighting feeder
3. Raw mill
4. EP
5. Homo silo
6. Stabilizer
7. Cerobong asap
8. Suspension Preheater
9. Mixing chamber
10. Ratary kiln
11. Cooling
12. Coal bin
13. Clinker silo
14. CKP mill
15. Semen mill
16. Bag filter
17. Semen silo
BAB III
TUGAS KHUSUS
3.1. Latar Belakang
Kualitas semen yang baik sangat dipengeruhi oleh
kualitas klinker yang dihasilkan. Klinker merupakan hasil dari proses
pembakaran di suspension preheater
dan kiln serta proses pendinginan yang terjadi di cooler. Ketiga alat ini merupakan alat yang sangat vital.
Rotary kiln merupakan alat yang digunakan untuk membakar material
yang berupa slurry menjadi bahan yang
setengah jadi yang di sebut klinker. Karena proses pembakaran terjadi pada suhu
tinggi maka rotary kiln dibuat dengan
ketebalan berbeda tergantung pada temperatur yang terjadi dan beban yang
diterima.
Keberhasilan suatu pabrik semen tergantung pada
operasi rotary kiln sehingga di dalam
perencanaan awal pembuatan pabrik semen yang menjadi dasar perhitungannya
adalah kapasitas dari rotary kiln.
Dengan menghitung aliran massa dan panas pada rotary kiln maka dapat diketahui
kebutuhan energi yang dibutuhkan, komposisi material masuk dan keluar serta
efisiensi dari rotary kiln.
3.2. Tujuan
Tujuan
tugas khusus ini adalah untuk melakukan perhitungan neraca massa dan neraca panas yang hilang di unit
pembakaran dan pendinginan yang meliputi perhitungan di RSP(Reinforced Suspension Preheater) dan Kiln.
3.3. Neraca Massa
Neraca massa
merupakan perhitungan dasar dalam satuan operasi dan satuan proses. Semua
perhitungan didasarkan pada hukum
kekekalan massa, yaitu :
Massa masuk system = Massa keluar
system ………… (1)
Perhitungan ini akan
dipakai sebagai basis untuk perhitungan neraca panas sistem. Sistem yang digunakan
disini adalah alat-alat di unit kiln yang terdiri dari RSP(Reinforced Suspension Preheater)
dan Kiln dengan basis 1 jam operasi.
3.4. Neraca Panas
Neraca
panas merupakan suatu alat yang digunakan untuk menghitung kesetimbangan energi
yang dibutuhkan dengan yang diberikan pada sistem. Dasar perhitungan neraca panas
ini berdasarkan pada hukum
kekekalan energi.
Enegi masuk sistem = Energi yang
digunakan + Energi yang hilang ………(2)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai panas dalam kiln, diantaranya :
1)
Komposisi umpan yang
memenuhi standard an kondisi umpan yang homogen akan membuat pembakarannya
lebih sempurna.
2)
Kadar air yang
terkandung dalam bahan baku besar, maka
panas yang dibutuhkan untuk menghilangkan air akan lebih besar.
3)
Keahlian operator
merupakan faktor yang penting, karena pengaturan variabel-variabel proses
dilakukan secara manual.
4)
Penggunaan bahan
bakar dengan komposisi kimia yang baik akan menentukan proses pembakaran yang
baik dari hasil klinker yang baik pula.
Nilai efisiensi alat
ini dapat menunjukkan kemampuan kiln dalam menghasilkan klinker uang
diinginkan. Jika efisiensi kiln kurang dari 80% maka alat harus diperbaiki atau
diganti komponen yang rusak, karena bukan menghasilkan keuntungan tapi
cenderung akan mendatangkan kerugian bagi perusahaan. Nilai efisiensi alat
diharapkan dapat setinggi mungkin.
3.5. Sistem Suspension Preheater
RSP
(Reinforced Suspension Preheater)
adalah alat yang digunakan pada proses pemanasan awal sebelum material masuk
kiln. Tahapan proses di RSP diawali dengan pengumpanan raw meal ke dalam connecting
duct antara C3 dan C4. Raw meal tersebut
akan mengalami pemanasan dari gas panas yang berasal dari pembakaran dan gas
buang kiln.
Raw meal akan tersuspensi
dalam aliran gas panas sehingga akan terjadi perpindahan panas yang efektif.
Ditinjau dari prinsip perpindahan panasnya dikenal dua jenis RSP yaitu RSP counter current dan RSP co-current. Pada RSP counter current, material masuk dari
samping atas dan gas panas dari bawah. Suspense ini keluar lewat atas preheater.
Sistem ini memiliki
kelemahan yaitu waktu kontaknya pendek sehingga perpindahan panasnya kurang
efisien. RSP co-current biasanya
menggunakan ducting cyclone, kemudian
pada cyclone langsung dapat
dipisahkan kembali antara gas panas bebas dengan materialnya. Untuk menambahkan
efektifitas perpindahan panasnya biasanya digunakan lebih dari satu cyclone.
PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. menggunakan RSP jenis counter
current dengan jumlah 8 siklon dan dibagi dua line dan tiap line mempunyai
siklon sama banyak.
Prekalsinani yang
terjadi pada RSP bisa mencapai 80-90% untuk mengurangi beban kerja kiln
sehingga umur batu tahan api dalam kiln lebih panjang. Pada tahap prekalsinasi,
umpan dibakar dengan panas sekitar 800-900oC sehingga terjadi reaksi
kalsinasi atau dekarbonisasi. Derajat kalsinasi tidak boleh melebihi 90% karena
material akan lengket sihingga susah mengalir dalam RSP dan menyebabkan
penyumbatan sehingga proses harus di shut
down. Panas reaksi kalsinasi yaitu sekitar 400 kkal/kg klinker.
Reaksi
kalsinasi yang terjadi yaitu :
CaCO3 CaO
+ CO2
MgCO3 MgO
+ CO2
Reaksi mulai terjadi
pada temperatur 700oC dan berlangsung secara cepat pada temperatur
800-900oC. waktu tinggal atau waktu kontak material dengan gas panas
juga mempengaruhi terhadap proses kalsinasi. Waktu yang dibutuhkan untuk
kalsinasi sampai suhu 900oC adalah 2-12 detik.
Keuntungan penggunaan
RSP sebagai alat prekalsinasi adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas
kiln lebih besar
2. Kapasitas
existing palnt dapat ditingkatkan
3. Diameter
kiln lebih kecil dengan specific thermal
load yang lebih rendah
4. Dapat
mempergunakan bahan bakar dengan kualitas rendah pada precalsiner
5. Umur
batu tahan api lebih panjang
6. Operasi
di kiln lebih stabil dan mudah dikontrol
(Sumber : Philip
A.Alsop, 2005)
3.6. Sistem Kiln
Kiln
yang digunakan adalah jenis rotary kiln dengan
diameter 4,5 m dan panjang 78 m. Pada alat kiln ini terjadi proses kalsinasi
akhir dan klinkerisasi atau molekurisasi. Batu tahan api yang melapisi dinding
dalam kiln berfungsi untuk melindungi dinding silinder baja dari hot spot yang disebabkan oleh panas
berlebih, sehingga akan merusak kiln itu sendiri selain itu juga berfungsi
untuk meningkatkan efisiensi perpindahan panas yang terjadi atau mengurangi
hilang panas yang terjadi. Rotary kiln memiliki
bberapa fungsi yaitu :
1. Sebagai
reaktor
kimia yaitu tempat terjadinya reaksi dan klinkerisasi.
2. Sebagai
pembangkit panas, karena terjadinya proses pembakaran bahan bakar yang
menghasilkan panas.
3. Merupakan
tempat terjadinya perpindahan panas antara raw
meal dengan panas hasil pembakaran.
4. Sebagai
alat transportasi material dan gas.
Pembakaran dalam kiln
secara simulasi dengan gerakan material mendekati lidah api, sebagai akibat
gaya gravitasi dan putaran kiln. Pembakaran ini menyebabkan perubahan sifat
kimia dan material yang terjadi secara bertahap sepanjang kiln. Dari RSP umpan
masuk rotary kiln dengan temperatur
pada inlet kiln sekitar 850-900oC. Pada alat rotary kiln ini proses yang terjadi dibagi ke dalam 4 zona, yaitu :
1. Calsining zone atau
kalsinasi lanjutan, yaitu zona untuk menguraikan senyawa karbonat yang belum
terkalsinasi di RSP. Proposi CaO akan semakin besar, sebaliknya proporsi CaCO3
semakin kecil dan habis sempurna pada temperatur 850oC. CaO yang
terbentuk kemudian bereaksi dengan oksida silica membentuk C2S.
2. Transition zone, yaitu
zona terjadinya pembentukan fase cair untuk reaksi molekulisasi, karena reaksi
molekulisasi akan lebih mudah jika berlangsung pada fase cair. Pada zona ini,
proporsi C3S semakin meningkat sampai temperatur 1200oC,
sedangkan oksida besi mulai meningkat campuran oksida kalsium dan oksida
alumina membentuk C3A dan C4AF.
3. Burning zone, pada
zona ini terjadi pelelehan pada suhu paling tinggi di kiln dan terjadi
pembentukan C3S.
4. Cooler zone, zona
ini merupakan zona pendinginan awal klinker sebelum masuk cooler. Klinker yang keluar dari zona ini berbentuk padatan.
Pembagian
zona ini berdasarkan nyala api yang terbentuk pada rotary kiln. Reaksi yang terjadi di kiln merupakan reaksi lanjut.
Agar reaksi dapat terjadi seperti yang diharapkan, maka suhu pembakaran perlu
dipertahankan sekitar 1350-1450oC. Pembakaran ini sangat dipengaruhi
oleh panjang lidah api. Panjang lidah api yang diharapkan akan membakar
material secara sempurna.
Proses pembakaran
klinker terjadi pada suhu sekitar 1450oC dan ketika akan memasuki cement mill, klinker harus dalam keadaan
dingin. Pendinginan klinker pertama dilakukan di dalam kiln sampai suhu
1000-1200oC, kemudian keluar kiln didinginkan oleh Air Quenching Grade Cooler sampai 80-120oC.
Tujuan pendinginan
klinker adalah sebagai berikut :
1. Menjaga
keawetan alat transportasi dan penyimpanan karena material dengan temperatur
tinggi dapat merusak peralatan
2. Menghindari
terurainya C3S menjadi C2S
3. Proses
pendinginan yang tepat akan meningkatkan mutu semen
4. Menghindari
terbentuknya periclase crystal yang
dapat menurunkan mutu semen.
Tipe grade cooler ini mempunyai kelebihan
yaitu dalam pemanfaatan udara keluar cooler
sebagai udara pembakaran. Kurang lebih sekitar 60% udara dari cooler digunakan lagi sebagai udara
pembakaran dalam kiln (secondary air)
dan sisanya sebagai gas buang kiln atau tertiary
air.
Pada dasarnya proses
kalsinasi bisa terjadi secara sempurna di dalam RSP, akan tetapi hal ini
dihindari karena akan menyebabkan plugging
atau penyumbatan pada RSP penyebabnya adalah pada reaksi diosiasi CaCO3
yang berlangsung secara endotermis membuat temperatur tetap pada 800-850oC
kemudian diikuti dengan pembentukan senyawa semen secara eksotermik sehingga
temperatur terus mengalami kenaikan yang tidak terkendali.
Konsumsi panas
berlebih harus diinvestigasi yang mungkin mengindikasi adanya kesalahan
pengukuran laju umpan (feed chemistry),
gangguan pada bahan bakar dan burner, kurangnya
oksigen berlebih (excess oxygen),
kebocoran udara.
Gambar 3.2. Gambaran Proses pada Unit Rotary Kiln
3.7. Sistem Cooler
Sistem pendinginan
klinker ini memakai teknik perbandingan secara tiba-tiba dengan udara pendingin
dari udara bebas dengan menggunakan blower
berkapasitas besar. Pendinginan ini menurunkan suhu klinker dari 1460oC
sampai suhu klinker keluar sekitar kurang dari 100oC, sehingga fasa
klinker awal dari cair akan berubah langsung jadi padat. Pendinginan klinker
dalam pembuatan semen dimaksudkan untuk :
1. Mencegah
kerusakan alat-alat transportasi dan storage
klinker, karena material dengan suhu tinggi dapat merusak peralatan dan
sulit penanganannya
2. Menghindari
terjadinya long periclase crystal yang
akan menurunkan kualitas semen
3. Menghindari
terurainya kembali C3S dan C2S
4. Panas
yang terkandung dalam klinker dapat dimanfaatkan kembali sebagai secondary air, tertiary air dll.
Pendinginan cooler dilakukan secara cepat dengan
tujuan agar diperoleh klinker dengan bentuk amorf sehingga mudah untuk digiling
di unit cement mill. Klinker dari
kiln outlet jatuh pada grade cooler dan udara pendingin dihembuskan
dari cooler fan melalui lubang-lubang
kecil pada grade, udara ini sebagian
digunakan sebagai udara pembakar dalam rotary
kiln (udara sekunder) dan sebagian lagi dialirkan ke Reinforced Suspension Preheater (RSP)
sebagai udara tersier melalui tertiary
duct.
3.8. Metodologi
3.8.1. Pengumpulan Data
Untuk
melakukan perhitungan efisiensi unit pembakaran dan pendinginan diperlukan data
yang diperoleh dengan cara :
1.
Studi Literatur
Studi
literatur dilakukan dengan cara mencari data-data yang diperlukan yang
diperoleh dari Quality Control
Departement. Data-data yang diperlukan antara lain :
a. Panas
spesifik (CP) air,udara,batubara, dank linker
b. Panas
pembentukan komponen-komponen klinker
c. Kelembaban
udara
d. Berat
molekul
e. NHV
(Net
Heating
Value)
bahan bakar
2.
Study Lapangan
Studi
lapangan dilakukan dengan cara mencari data-data yang diperlukan dari CCR (Center Control Room). Data-data yang
diperlukan diantaranya :
a. Laju
alir SP feed
b. Laju
alir udara di berbagai aliran
c. Laju
umpan batubara
d. Laju
umpan sekam
e. Komposisi
SP feed
f. Komposisi
Klinker
g. Komposisi
batubara
h. Komposisi
abu batubara
i. Komposisi
gas di SP
j. Komposisi
gas di Kiln
k. %
kalsinasi di SP
l. Temperatur
aliran
3.8.2. Data Perhitungan
3.8.2.1. Data Primer
Data-data diperoleh dari Central Control Room (CCR) dan laboratorium plant 10 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, 27 Januari 2014,
pukul 09.00-12.00 meliputi :
·
Umpan masuk
kiln : 138.896,8764 kg/jam
·
Umpan batubara
masuk rotary kiln :
11130,9 kg/jam
·
Kapasitas Udara
primary fan : 34762,88 kg
·
NHV (Net Heating Value ) batubara :
5331 kkal/kg
Komposisi
|
% Berat
|
SiO2
|
14,05
|
Al2O3
|
3,70
|
Fe2O3
|
2,18
|
CaO
|
43,16
|
MgO
|
1,00
|
IL
|
35,4157
|
Komponen
|
Komposisi
(% Berat)
|
Laju
massa (Kg/Jam)
|
SiO2
|
14,18
|
42681,8
|
Al2O3
|
3,73
|
11,2273
|
Fe2O3
|
2,19
|
6591,9
|
CaCO3
|
77,77
|
234087,7
|
MgCO3
|
2,12
|
6381,2
|
Total
|
99,99
|
289753,8273 ≈
289754
|
Komponen
|
Komposisi
(% Berat)
|
Laju
massa (kg/jam)
|
C
|
65,4
|
10.149,75653
|
H
|
3,84
|
598,32768
|
O
|
16,28
|
2.536,66006
|
S
|
0,65
|
101,279425
|
N
|
0,93
|
144,907485
|
Ash
|
13,16
|
2.050,51882
|
Total
|
100
|
15.581,45
|
Pada basis 100 kg, komposisi Ash
batubara menjadi :
Komponen
|
Komposisi
(% Berat)
|
SiO2
|
31,31
|
Al2O3
|
14,74
|
Fe2O3
|
4,33
|
CaO
|
33,43
|
MgO
|
2,14
|
SO3
|
5,39
|
IL
|
6,73
|
Komponen
|
Komposisi (% Berat)
|
Laju massa (kg/jam)
|
SiO2
|
13,86
|
19251,1071
|
Al2O3
|
3,75
|
5208,6329
|
Fe2O3
|
2,04
|
2833,4963
|
CaCO3
|
15,05
|
20903,9799
|
MgCO3
|
0,004097
|
569
|
CaO
|
43,25
|
60072,899
|
MgO
|
0,99
|
1375,0791
|
SO3
|
21,0559
|
29245,9874
|
Total
|
100
|
138896,8764
|
3.8.2.2. Data-data Sekunder
Data-data
didapat dari Perry’s Chemical Engineering
Handbook, Yaws Handbook dan Lange’s
Handbook.
Kompenen
|
Berat Molekul (gr/grmol)
|
SiO2
|
60
|
Al2O3
|
102
|
Fe2O3
|
160
|
CaO
|
56
|
MgO
|
40
|
CaCO3
|
100
|
MgCO3
|
84
|
SO3
|
80
|
C
|
12
|
H2
|
2
|
S
|
32
|
CO2
|
44
|
O2
|
32
|
N2
|
28
|
H2O
|
18
|
SO2
|
64
|
3.9 Hasil Perhitungan dan Pembahasan
Perhitungan
neraca massa pada unit Burning dan cooling
Aliran
|
Input (kg / jam)
|
Output (kg / jam)
|
SP Feed
|
289.754
|
-
|
Batubara SP
|
16.723,8
|
-
|
Udara Primary Fan SP
|
34.762,88
|
-
|
Udara Pendorong
Batubara SP
|
33.276,5
|
-
|
Udara Tersier
|
585.169,7497
|
-
|
Gas Buang Kiln
|
250.881,0466
|
-
|
Gas Buang SP
|
-
|
968.720,7807
|
Kiln Feed
|
-
|
138.896,8764
|
Dust Return
|
-
|
31.505,3226
|
Total
|
1.461.449,023
|
1.210.567,976
|
Massa yang hilang
|
71.444,9963
|
Aliran
|
Input (kg / jam)
|
Output (kg / jam)
|
Kiln feed
|
138.896,8764
|
-
|
Batubara di kiln
|
11.130,9
|
-
|
Udara primary fan kiln
|
34.762,88
|
-
|
Udara pendorong
batubara kiln
|
46.186,26
|
-
|
Udara nose ring
|
6.114
|
-
|
Udara sekunder
|
184.255,6766
|
-
|
Gas buang kiln
|
-
|
250.881,0466
|
Cooler feed
|
-
|
174.001,0759
|
Total
|
421.376,593
|
424.882,1225
|
Massa yang hilang
|
3505,53
|
Aliran
|
Input (kg / jam)
|
Output (kg / jam)
|
Cooler feed
|
174.001,6759
|
-
|
Udara pendingin
|
834.225,28
|
-
|
Udara sekunder
|
-
|
184.225,6766
|
Udara tersier
|
-
|
585.169,7497
|
Udara cooler ke EP
|
-
|
64.799,8537
|
Debu terbuang
|
-
|
1,6759
|
Clinker
|
-
|
174.000
|
Total
|
1.008.226,956
|
1.024.954,28
|
Massa yang hilang
|
0
|
No. Aliran
|
Input
|
Output
|
SP feed
|
289.753,8273
|
-
|
Batubara SP
|
15.581,45
|
-
|
Udara primary fan
SP
|
34.762,88
|
-
|
Udara pendorong
batubara SP
|
33.276,5
|
-
|
Btubara kilm
|
10.370,5816
|
-
|
Udara primary fan
kiln
|
34.762,88
|
-
|
Udara pendorong
batubara kiln
|
46.186,26
|
-
|
Udara nose ring
|
6.114
|
-
|
Udara pendingin
|
834.225,28
|
-
|
Gas buang SP
|
-
|
968.720,7807
|
Dust return
|
-
|
31.505,3226
|
Udara cooler ke EP
|
-
|
64.799,8537
|
Debu terbuang
|
-
|
1,6759
|
Clinker
|
-
|
174.000
|
Total
|
1.305.033,659
|
1.239.027,633
|
Massa tak terhitung
|
66.006,0261
|
Pada perhitungan
neraca massa di Burning dan cooling didapatkan massa yang masuk sama dengan massa
yang keluar dengan umpan kiln sebesar 138.896,8764 kg/jam dan klinker yang dihasilkan sebesar 174.000
kg. serta Mass Loss total : 5,0578 % dan dapat simpulkan bahwa pada
pembakaran Burning dan Cooling terjadi sangat baik
sehingga Effisiensi Mass yang
diperoleh sebesar 94.94 %.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Proses yang
digunakan dalam pembuatan semen di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah
proses kering.
2. Bahan bakar yang
digunakan dalam proses pembuatan semen adalah batubara, karena batubara
memiliki panas yang cukup tinggi.
3. Berdasarkan
perhitungan neraca massa, massa yang masuk sama dengan massa yang keluar.
4. Mass Loss pada unit neraca massa burning dan cooling sebesar 5,0578 %
5. Effisiensi mass pada unit
neraca massa burning dan cooling sebesar 94,94 %
Langganan:
Postingan (Atom)